15 Oktober 2011

Kupat Tahu Blabak

Spanduk Kupat Tahu Miroso di pinggir jalan Kadipiro
Kupat Tahu Blabak

Satu paket makanan yang menjadi ciri khas tempat hidup saya saat ini, Blabak. Menjadi seperti ikon terutama ketika saya memperkenalkan diri sebagai warga dari daerah ini kepada warga dari daerah lain.

Indonesia yang saya tahu terkenal dengan keanekaragaman budayanya, apalagi urusan perut, eh makanan, tak kalah aneka rupanya. Kupat tahu memang hanya salah satunya, namun, bagi para penikmat wisata kuliner, adalah hal yang istimewa jika dapat mencicipi kupat tahu orisinil dari daerah yang bisa dianggap asalnya, Blabak, daerah yang masuk jalur darat utama yang menghubungkan Yogya-Magelang. Memang, banyak yang membuka cabang dimana-mana, tetapi, tenarnya ya dari sini, Blabak.



Yang dulu pernah menjadi salah satu daerah kekuasaan Minak Jinggo di Jawa Tengah. Memang, hanya beberapa desa saja di Blabak yang sempat dikuasai oleh Minak Jinggo kala masih mengembara, terbukti dengan simbol penthungan/gada wesi kuning di tengah salah satu desa yang juga dinamai blambangan sama seperti desa yang terdapat di Banyuwangi, Jawa timur. Meskipun dari asal usul penamaan blambangan itu mungkin sedikit berbeda.

Rumor beredar dari mulut ke mulut sesepuh yang juga tuan tanah di desa memberi informasi kalau sejak jaman dulu, jauh sebelum Indonesia Merdeka, daerah ini anti Chinese/ Mongolian hingga kini. Yang kemudian membuat para pedagang asal negeri tembok besar itu beralih haluan ke Selatan, ke daerah Muntilan ataupun ke arah utara, ke kota Magelang. Tak semua dari warga negera tembok besar itu saat ini dimusuhi, hanya mereka masih tak diperkenankan melakukan perdagangan di daerah ini. Entah karena masalah apa larangan itu ada, saya juga tak begitu paham ketika melu urun kuping oleh beberapa sesepuh desa ini dalam malam lek-lekan atau istilah populer di barat itu malam perjaka terakhir. Ketika salah satu teman dan juga tetangga saya berganti status alias mbojo/ menikah.

Sedikit info dari gogling, Bisa juga karena Minak Jinggo dahulu selalu bermusuhan dengan pasukan Mongol yang notabene berisi orang-orang dari negara tembok besar sehingga daerah jajahannya pun tak membolehkan warga dari negara itu tinggal. Hal yang pasti membuat ilmu dagang para pedagang dari sana yang dianggap mumpuni itu digunakan di daerah perpindahannya, Muntilan. Yang bisa dilihat dari sisi usaha saat ini lebih menggairahkan.

Kembali ke kupat tahu, tak banyak hal yang bisa saya ceritakan disini karena saya juga bukan bukan asli wong kene. Hanya, jika membuka kedai kupat tahu disini masih cukup ramai pengunjung. Saya tak bisa menjamin karena rezeki sudah ada yang membagi. Sejauh yang saya tahu, dari sekian banyak kedai warung makan kupat tahu, beberapa yang memang sudah punya pelanggan dan rasa dari bumbunya pas, selalu ramai pengunjung. Beberapa kendaraan roda empat yang cukup mewah berjajar di pinggir jalan tempat parkir warung kupat tahu. Beberapa diantaranya yang sudah cukup lama terkenal, Kupat Tahu Pelopor depan stasiun, Kupat tahu Bu Asih depan Pabrik Kertas, Kupat Tahu Miroso Kadipiro setelah SMPN 1 Blabak dari arah Yogya. Dan masih banyak kedai yang lain dan juga pedagang keliling.

Komposisi Satu Porsi Kupat Tahu : 2 buah kupat, 2 tahu, kacang, bumbu kuah kecap, kecambah, kubis, seledri, bawang, lombok, garam, gula merah.
Ada banyak versi penyajiannya. Dari tahu yang digoreng sampai kering atau masih basah, kubis yang juga digoreng ataupun disajikan mentah-mentah, ada juga yang menggoreng bumbu kuah kecap hingga tercampur minyak ataupun bumbu kuah ini disajikan tanpa dimasak.
Mengikuti dari apa yang para penjual pelajari entah dari leluhurnya ataupun dari magang bekerja di kedai kupat tahu orang lain sebelumnya.

Satu porsi kupat tahu itu disini biasa dihargai dalam lingkaran harga Rp 5.000 - Rp 7.000
Dengan beberapa minuman yang tersedia berada dalam kisaran harga Rp 1.500 -  Rp 2.000
Tertarik, kalau lewat mampir saja ke salah satu warung di daerah blabak yang sudah bejibun sekarang, pasti tak akan ketemu saya disana. Lha ra adol. Paling juga kongkow di pinggir jalan tempat usaha kawan saya disamping warung kupat tahu. Sekalian tp tp karo refreshing delok dalan.
Akhirnya utang terbayar, walau telat. Wah bakal kena denda iki.

Kupat Tahu Blabak BU Asih depan pintu Gerbang Pabrik Kertas belum buka


8 komentar:

  1. hmmmmm.....setelah hampir tiga tahun menanti kupat tahu Blabak!

    BalasHapus
  2. wacana yang cukup sulit ini bang, lah yang jual biasanya cuman sekedar jual. (ngeles)*

    BalasHapus
  3. @ikhsan: boleh bang :)
    @Seagate: mantep pokoke ;D

    BalasHapus
  4. bro, kupat tahu zaman sma itu punya nya mbak asih yaaa? *mupeng

    BalasHapus
  5. Aku pengin gawe bumbu kecape iku loh. Bumbune opo wae yo mas kuwi??? Plus carane gawe sisan, hehe

    BalasHapus

komentar

Yang Sempat Mampir