Kian dekat
hari berganti hari,tanggal berganti cepat, yang dinamakan pesta demokrasi di
negeri ini akan dihelat.
Berbagai
promosi dilakukan oleh orang-orang yang berniat untuk mengajukan diri mereka.
Mereka hadir untuk mewakili ratusan juta
penduduk negeri ini dalam golongan elit. Para elit yang nantinya menentukan
arah kemana langkah negeri ini selanjutnya. Jika kita berkecimpung dalam skala
kecil. Merekalah yang akan menentukan, pembuat keputusan yang bisa mengubah
haluan dalam skala besar. Bukan hanya dalam skala kecil, tetapi besar,
cenderung gigantic. Apalagi skala segede gaban pun bisa mereka
ubah.
Namun, dari
segenap PEKERJAAN. Ya pekerjaan, ini bukan lagi masalah family klasik yang
merunut silsilah dari siapa yang pantas berbicara dan diam. Bukan lagi yang
mana ayah, siapa ibu, kakak, adik, ataupun paman. Tetapi PEKERJAAN , yang
dituntut dikerjakan secara professional beretika dan berasaskan hukum. Bahkan
mereka juga bisa membuat hukum mereka sendiri.
Namun, dari
sebagian pekerjaan yang akan mereka kerjakan itu. Mereka hanya menunjukkan
batang hidungnya dengan kata-kata promosi yang bisa ditulis siapa saja.
Hanya
wajah, dengan janji sampah?
Dengan itu
saja mereka dengan mudah tereliminasi dalam proses rekrutmen pekerjaan.
Lihat saja
kumpulan curriculum vitae yang seharusnya terbuka untuk masyarakat umum
sekarang sudah ditutup aksesnya.
Apakah kita
rakyat diharuskan memilih dengan hanya melihat wajah, tahu nama?
Kekuasaan
itu punya magnet tersendiri, memang. Harapan-harapan yang dimunculkan itu
menyebabkan rakyat yang akhirnya menghadapi persoalan pelik setiap harinya menjadi
harap-harap cemas. Saya akan….., saya akan…..,saya akan…, membiarkan khalayak
ramai berandai-andai. Akan sehebat apa mereka jika orang ini, orang itu menjadi
pemimpinnya. Dan ketika harapan mereka hanya menjadi angan belaka. Seperti pisau bermata dua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar