24 Agustus 2010

Kunjungan Ke Produsen Getuk Gondok


Spanduk Getuk Gondok

Waktu menunjukan jam 13.00 hari Sabtu 21 Agustus 2010. Rasa malas menyebar di sekujur tubuh dan keragu-raguan untuk berangkat menuju sisinggahan mashanafi untuk mengikuti acara yang sudah dipersiapkan pun muncul. Nah, sebelum rasa malas menguasai diri (biasane njuk mblabas turu), akhirnya diri ini sadar dan ide untuk membuka milis pendekartidar sesekalipun terlaksana :P, walau hanya sekedar untuk tracking lokasi sisinggahan..

Ternyata ngarsa dalem yang tak lain tak bukan mashanafi sendiri sudah menyediakan peta sekaligus ancer-ancer di milis untuk orang-orang yang belum pernah sowan disana termasuk saya. Setelah mencoba memahami lokasi, saya putuskan untuk berangkat karena dirasa lokasi tak terlalu sulit dijangkau dan juga untuk menghabiskan waktu puasa alias ngabuburit di tempat yang lain ( mosok mung ngabuburit karo firework seller ae..doh..) dan confirmasi dari pangkopdar pun saya tanggapi (biasane diluweh-luweh) :P..

Jam 14.00 berangkat menuju sisinggahan ngarsa dalem di daerah karet. Sampai di tempat jam sekitar jam 14.45 karena muter-muter dulu cari ancer-ancer alias kesasar.. %) tapi setelah ketemu ancer-ancere.. Alhamdulillah segalanya dimudahkan walau tidak tanya sana-sini. Karena saya merasa pernah kesana walau hanya dalam mimpi (de javu istilah populernya). Setelah parkir di tempat yang saya rasa rumah mashanafi (karena motornya banyak), saya clingak-clinguk di teras rumah orang itu.. ga enak kalo salah rumah ( masih belum yakin) tapi, setelah mendengar suara mas yudha dari dalam baru yakin.. langsung masuk dah.. dan di situ sudah ada mas hanafi, mas yudha, mas yudi, mas kukuh, mas lisin, dan dua orang punggawa anyar yang setelah ditelisik bernama mas faris dan mas aji.

Karena sudah waktu ashar 15.15.. anggota yang sudah berkumpul sepakat untuk menunaikan ibadah sholat ashar di mushola terdekat sembari menunggu anggota lain yang belum datang. Salat Ashar selesai dan acara langsung dilanjutkan menuju sisinggahan Bu Hj. Sri Rahayu selaku pemilik Getuk Gondok untuk mengetahui seluk beluk Getuk Gondok tentunya. Jarak yang dekat sehingga tak lama kemudian sampai disana. Ternyata beliau juga sedang menunaikan shalat Ashar di Masjid lain dan rombongan pun menunggu di sisinggahan beliau. Dalam masa penungguan tersebut, mba M dan Aviv datang bersama. Tak lama kemudian Beliau sudah hadir menemani tamu-tamunya ini. Ketika beliau mulai berbicara, datang lagi punggawa dari ngampon bernama mas Roji’un. Sedang mashanafi pamit karena di saat bersamaan mengadakan acara tasyakuran anak keduanya yang dinamai Fihannawa Nafeesha bersama tetangga sekitar.


Ibu Hj. Sri Rahayu
Riwayat Hidup Beliau
Ibu yang satu ini masih terlihat semangat walau sudah cukup tua, bersuamikan tentara mampu mendapatkan empat anak dan enam cucu.. Pendidikan SD kelas 5.. anak pertamanya sudah menikah dan bekerja di Kota Kediri.. lulusan dari Pondok Pesantren Tebu Ireng.. (anak kedua sampai keempat beserta cucu-cucunya lupa dijelaskan sama beliau..doh .)

  Sejarah Dan Penamaan Getuk Gondok
Awal mula Getuk di Magelang muncul pada masa hampir bersamaan dengan peristiwa G30S PKI. Saat itu, persediaan pangan terbatas dan para penduduk sekitar memakan makanan hasil kebun yang dijajakan di pasar saja.. Simbah Beliau memulai inisiatif mengolah ketela menjadi Getuk .. Nah, saat dahulu dipasarkan, Getuk buatan Simbah Beliau ini termasuk panganan basah yang baru pada saat itu dan cita rasanya khas pula.. sehingga Getuk buatan Simbah ini mudah terkenal dan mendapat simpati masyarakat di Magelang dan sekitarnya. Beliau bersama Simbok dan Mbak beliau sering membantu Simbah membuat Getuk ini ataupun memasarkannya di pasar sehingga kemampuan membuat getuk Beliau terasah dari sang Pencetus Getuk itu sendiri.

Simbah beliau diketahui mempunyai penyakit Gondok dan karena takut dioperasi. Penyakit Gondok ini dibawa sampai ke liang lahat. Setelah Simbah meninggal, Produksi dan Pemasaran Getuk ini mengalami masa rehat sedang masyarakat magelang yang menyukai dan ketagihan getuk Buatan simbah beliau mencari-cari getuk buatannya. Orang-orang menghafal perawakan Simbah beliau dengan Gondok yang selalu menghiasi lehernya sehingga orang menamai Getuk Simbah Beliau dengan nama Getuk Gondok dan nama ini dipakai oleh penerusnya.

Pada masa rehat ini, orang-orang etnis tionghoa yang tinggal di magelang melihat gelagat bisnis dari getuk memulai aksinya dengan memproduksi dan memasarkan getuk.. Memang dari segi cita rasa dan bahan, etnis tionghoa mengolah ketela dengan cara yang sedikit berbeda,dan pada masa itu *maaf mungkin ada campuran minyak baby, pengawet, dll. Seiring berjalannya waktu, orang-orang etnis tionghoa ini mulai mampu memproduksi getuk yang khas dan dengan kemampuan berdagang yang mumpuni, getuk mereka laku keras dan mampu menenggelamkan nama getuk gondok yang sebelumnya berkibar di ranah Magelang ini. Pada masa kini, Getuk buatan etnis tionghoa ini terkenal dengan sebutan Getuk Trio.

Ibu dari beliau alias simbok mulai meneruskan produksi getuk gondok lagi dibantu dengan beliau dan saudarinya (mbak’e). Sampai pada saat mbak’e dipinang oleh suaminya dan beliau sendiri dipinang oleh seseorang. Karena prinsip Beliau yang tidak suka menggantungkan nasib kepada orang lain (suami), Beliau melanjutkan nama Getuk gondok dengan menjadikannya home industry sampai saat ini. Dibantu oleh anak-anaknya dan pekerjanya yang jika ditotal sekitar 10 orang termasuk beliau sendiri. Tanpa ada patokan gaji, bayaran pekerjanya disesuaikan dengan hasil produksinya. Proses produksi pada hari normal dimulai dini hari (01.00) karena pada pagi harinya sudah harus siap antar. Karena bulan puasa.. produksi dikurangi dan proses produksi pun menyesuaikan.
Bahan dan Cara Pengolahan Getuk Gondok
Bahan
Ketela 25 kilogram
Gula pasir 7 ciduk (disetarakan dengan 8 kilogram)
Gula jawa secukupnya
Pewarna Frambozen
Cara Pengolahan
Ketela dikupas lalu dikukus selama 1,5 jam atau di stem selama 2,5 jam
(Perbedaan terjadi karena kalau dikukus hanya bisa sedikit ketela yang bisa masuk kukusan daripada menggunakan alat stem yang menampung lebih banyak ketela..Setelah matang ketela dimasukkan ke tempat penumbuk lalu menggunakan arit untuk memisahkan serat-serat yang ada pada ketela masak.. serat-serat terpisah semua, saatnya memasukkan gula pasir. Kemudian ketela ditumbuk sampai halus..( jika hanya menginginkan satu warna getuk, pewarna atau gula jawa bisa dimasukkan setelah ketela menjadi halus) Setelah halus, olahan ketela tadi dimasukkan ke mesin pengolah ini 2 kali agar lebih halus lagi..
Selesai masuk mesin olahan, getuk tadi mulai dipisah-pisahkan sesuai dengan keinginan dengan diberi pewarna, gula jawa, atau bahan tambahan lain seperti coklat agar hasil olahan berbeda beda.. setlah itu dibentuk berbagai rupa agar menarik tentunya.
Karena tanpa bahan pengawet, Getuk gondok diperkirakan hanya mampu bertahan selama dua hari sehingga harus harus cepat-cepat dimakan.
kukusan
tumbukan











Tidak terasa waktu menunjukkan jam 17.20 (meh buka) berada di sisinggahan Ibu Sri. Akhirnya kami pamit kembali menuju sisinggahan mashanafi untuk melanjutkan acara. Eh, sebelum pulang, beberapa pekerja beliau pulang dari memasarkan getuk.. sayang, getuknya sudah ludes sehingga mungkin bukan rejekinya bala tidar mendapat oleh-oleh getuk. (kok yo ra kepikiran tuku)
Sampai di sisinggahan mashanafi, sudah menunggu mas Arif, kang Denden, dan pak Solih disana sehingga terkumpul 13 anggota bala tidar. Acara dilanjutkan dengan santap buka dan sholat maghrib setelahnya.
Sekian dulu

3 komentar:

  1. karo gethuk trio enak ndi mas?

    BalasHapus
  2. Minal aidin wal faidzin

    Mohon maaf lahir batin!

    BalasHapus
  3. @ikhsan: wah.. coba aj ndiri mas..
    @Ndoro : mohon maaf juga baru blez.. he he..

    BalasHapus

komentar

Yang Sempat Mampir