About

Menulis Untuk Mengingat

Jika dihitung secara abstrak, ada sangat banyak alasan mengapa orang memulai menulis.

Dari yang super serius sampai yang paling nonsense seperti curhat karena mungkin tak ada kawan untuk berbagi cerita. 

Pelajaran yang menjadi dasar dari pemahaman ilmu ini dahulu ketika tk ataupun sd kelas 1-2 masih menjadi primadona murid-murid. Namun, berbeda dengan kini dimana anak-anak tk sudah mulai diajari berbahasa universal ala Inggris dan lainya yang lebih popular. Sehingga perkembangan literatur Bahasa Indonesia mengalami perlawanan. Bahkan saat ini, pelajaran bahasa daerah menjadi salah satu momok seram bagi siswa selain matematika yang memang sedari dulu merupakan pelajaran yang tak disukai sebagian besar murid.

Selalu dan akan selalu bisnis literatur seperti perpustakaan masa kini menjadi tempat yang tak begitu ramai. Orang lebih mementingkan gizi untuk tenaga dibanding gizi untuk otak dan perasaan. Walau begitu, tetap, dunia literatur tak akan pernah benar-benar lengang. Peminat ilmu dan karya sastra itu masih bejibun banyak sekali. Untuk penulis pemula,bahkan  penulis senior pun masih percaya, menjadi profesional di dunia literatur masih dipercaya bisa menjadi komoditi yang menghidupi penulis-penulis berita, sastra maupun penulis literatur nonfiksi. 

Sekalipun pada prakteknya masih ditemui pelanggaran hak-hak cipta disana-sini dan kesadaran untuk membeli masih rendah dibandingkan untuk mengkopi. Juga peringatan mengenai penghematan penggunaan kertas tak mengubah imej dunia literatur bagi pecintanya. Walau sebagian besar masyarakat saat ini lebih memilih update berita melalui internet dibanding membeli koran.

Namun, implikasi dari teknologi yang terlalu gencar bahkan mengubah imej menulis itu sendiri. Status-status di facebook, kicauan di twitter membuat orang semakin mudah untuk berinteraksi dan menjadi sarana untuk mengungkapkan uneg-unegnya ataupun nasehat-nasehat yang seakan tak bisa ataupun tak berani dibicarakan di dunia nyata.

Menulis untuk mengingat

Awal mengelola blog ini diajak oleh seorang gadis kawan saya semasa SMA. Walau sebelumnya saya sudah punya blog sendiri yang terbengkalai dan lupa password gmailnya. Komen saya di blog kawan saya itu selalu panjang-panjang. Akhirnya disuruh buka blog sendiri. Nama yang saya temukan juga nggak jelas waktu itu. Mau pakai nama real tapi kok, nggak sreg. Akhirnya pakai nama malamlarut ini. Mungkin juga waktu efektif buat saya pribadi menenangkan diri dan belajar ada di waktu tersebut ya saya pakailah nama itu. Seiring dengan waktu akhirnya blog ini agak terkelola dengan cukup tidak baik.

Pernah off lama sampai dikira masuk komunitas hanya modal hidupin blog, haha. Seneng banget kalau nyindir eh disindir. Walau akhirnya kawan saya itu mem-private blognya sendiri dan postingan terakhir sudah sejak zaman purba. Entah karena alasan apa, terakhir berkoneksi. Eh, denger berita sudah menikah. Sekarang sudah punya anak katanya. Ya, nggak bilang-bilang juga. Ikut seneng saja kalau begitu. Malah mendahului temennya yang dari dulu gonta-ganti pacar, haha. Kalau memang jodoh juga larinya juga nggak kemana-mana, tapi kalau nggak dicari yo kapan ketemune? doh.

Back on topic.

Menulis untuk mengingat bisa jadi alasan paling sederhana untuk menulis dengan lebih giat. Banyak momen-momen yang sekilas terlihat datar bin membosankan walaupun menguras emosi dan pikiran yang sangat layak posting. Atau ide sekilas yang tiba-tiba muncul di benak tetapi lupa dikembangkan lebih jauh lagi.

Banyak juga tulisan saya yang nggak jelas ataupun tulisan darkness (dunia kegelapan) yang membutuhkan konsentrasi dan keseriusan tingkat tinggi untuk memahaminya. Katanya kalau menulis tulisan serius itu harus dibuat se-ringan mungkin. Ini malah yang serius jadi makin serius. A Failure I said.

Makin kesini, semakin banyak senior yang mulai meninggalkan dunia tulis-menulis ala blog dan digantikan kicauan ala twit dan status ala facebook. Mungkin juga kesibukan offline yang tak tergantikan waktu dan tempatnya.  Saya sendiri juga tak tahu alasan yang pasti.

Rotasi

Mirip seperti sekolah. Kalau dimasa Sd itu rotasinya 6 kelas, smp 3 kelas, sma 3 kelas. Alasan saya tak menyebut tahun karena tak semuanya tanpa jeda. Selalu saja ada yang tinggal kelas. Dan guru pun siap tidak siap menerima perubahan setiap tahunnya dengan siswa-siswa baru yang masuk dengan perangai yang berbeda dan siswa-siswa yang telah lulus naik jenjang. Mirip seperti rotasi air. Gunung-sungai-laut-awan-gunung. Kita tak akan pernah tahu awalnya air itu dari mana. Hidup ini berjalan terus. Sampai disini pun beruntungnya masih menemukan orang-orang yang masih rajin mengurus blog dan juga memonetize- kan blognya. Satu fase yang masih belum saya capai itu. Semoga saja selanjutnya bisa agar tak terkendala masalah permodalan.
Ingatlah baik-baik hari ini, hari ini tak akan pernah kembali.  Esok yang gelap selalu siap menanti.

Yang Sempat Mampir