kamis, 23 April 2009
Sepulang kerja, biasa..bersama babe ngobrol-ngobrol di sore hari...
Kali ini, babe bercerita tentang banjir di ***negoro(disensor) sekitar Desember 2007 silam yang menggenangi rumah teman sekantornya.
Ketika air sungai bengawan meluap, desa yang berada sekitar sisi tanggul rendah tergenang banjir setinggi list plank rumah ( list plank biasanya berada di ketinggian 4 meter dari tanah). Tetapi air luapan ini tak mampu melewati tanggul yang tinggi yang notabene pelindung daerah perkotaan. (entah kenapa kedua sisi tanggul sungai bengawan ini dibuat beda ketinggiannya di sana?)(asumsi penulis sih, kalau di desa, air sungai masih digunakan untuk pengairan sawah dll jadi sisi tanggul dibuat lebih rendah, tetapi untuk orang perkotaan, jarang sekali menggunakan air sungai untuk keperluan, sehigga dibuat lebih tinggi). akhirnya rumah-rumah di desa kebanjiran sedangkan rumah-rumah di perkotaan sana tak terjadi apa-apa.
Masalah muncul keesokan harinya, ketika warga perkotaan beramai-ramai menonton desa dan warganya yang tergenang banjir. warga kota ini menonton di atas tanggul yang tinggi yang melindungi mereka dari kebanjiran. (entah kenapa warga kota ini hanya menonton dan berfoto ria, tidak memberi bantuan). Merasa tidak terima hanya menjadi bahan tontonan, orang-orang desa yang lagi kesusahan (karena kebanjiran ini) berniat membalas. Yah, cara mereka membalas adalah dengan menjebol tanggul yang melindungi warga kota ini di malam harinya. And, walaaaaa, banjir pun terbagi rata antara desa dan kota. Tak berat sebelah lagi. Warga kota pun juga merasakan genangan air yang pagi harinya mereka tonton. Rumah teman sekantor babe pun ikut tergenang karena berada di wilayah perkotaan. Walalupun jarak rumahnya sekitar delapan kilometer dari sungai bengawan yang meluap ini.
Well, ketika air meluap di tahun 2008 dan penduduk desa masih kebanjiran karena lagi-lagi kedua sisi tanggul sungai bengawan dibuat beda ketinggian lagi.(tanggul pelindung desa tetap yang lebih rendah dan tanggul pelindung kota lebih tinggi). Perbedaannya, ketika banjir ini terjadi di desa,sudah tidak ada warga kota yang beramai-ramai menonton di atas tanggul pelindung mereka sehingga yang merasakan banjir waktu tahun itu hanya warga desa saja.(takut dikasih air banjir lagi x warga kota??)
kenapa kudu disensor?
BalasHapusPembangunan yang tidak setimbang dan berperisinambungan... (lho...)
BalasHapus@ciwir
BalasHapusHati-hati, karena lum cek n ricek kebenarannya.
@pendekartidar
yaa begitulah
Visit Our gallery: Hasil survei Dusun Ngampon 25 April 2009
BalasHapuswelha dalah....dendam kesumat telah menyebar di seantero negeri, sampai kapankah?
BalasHapusmakane sbg calon arsitektur ndang dbenerin thu tanggul..
BalasHapusndang beraksi bro ^^