BERBAGI QURBAN
Pada Hari Raya
Idul Adha 1432H kemarin , saat takbir berkumandang dan sebelum sholat id di
halaman pabrik, seorang kawan datang menghampiri saya yang sedang duduk.
Berbicara dengan nada yang perlahan.
G: “Engko
re lungo to”? (Nanti nggak pergi kan?)
Y: “Re.” (Nggak)
G: “Nang
mesjid ngrewangi.” (Ke masjid bantu-bantu.)
Y: “Yoh!”
(Ya)
Y: “Sapine
sing dibeleh ono piro?” (Sapi yang disembelih ada berapa?)
G: “6”
Kalau tidak salah, mungkin seperti itu penggalan percakapan saya dengan G yang notabene salah satu pengatur remaja-remaja
Selesai sholat
id, pulang, tidur sejenak. Undangan ngrewangi pun datang dibawa teman saya yang
membuat saya terbangun. Saat itu dengan segera saya ambil onthel dan pergi ke
masjid. Serasa tak yakin dengan jumlah sapi, saya menghitung mereka. Dan
ternyata ada 7. “Bakal tekan bengi iki.”
Sementara
instruksi-instruksi lebih lanjut belum ada, kawan-kawan satu desa yang memang
jarang bertemu memulai cerita-cerita guyonan ndablek khas mereka. Saya pun ikut
menikmati obrolan dari pertemuan ini .
Prosesi
penyembelihan dimulai jam 9. Hal yang lumrah molor dari jadwal yang tertulis
jam 8 tetapi tetap ini bukan hal yang sehat untuk kegiatan lainnya.
Urutan
Prosesi
- Persiapan. Sapi di jatuhkan agar berbaring
di tempat yang sudah dipersiapkan untuk mengubur darah.
- Penyembelihan. Membutuhkan sekitar 5-7
orang untuk menahan perlawanan dari si sapi ketika disembelih.
- Menguliti. Setelah si sapi kehabisan darah
dan terbukti sudah menghembuskan napas terakhirnya. Tubuhnya di seret di
tempat yang teduh agar orang-orang yang berkompeten menguliti melepas
kulit dan daging dari sapi ini. Membutuhkan 3-6 orang.
- Distribusi, Layanan antar-jemput. Setelah
daging, kulit, usus terpisah. daging dibawa ke tempat pemotongan dan
penimbangan sementara usus dibawa ke tempat pembersihan (sungai) untuk dibersihkan
sebelum ditimbang. Usus besar itu yang paling berat dan paling kotor
karena isinya kotoran. Untuk membawa usus besar ke sungai membutuhkan
sekitar 4 orang untuk mengantarnya.
- Pembersihan, pemotongan dan penimbangan.
Disini, banyak ibu-ibu yang membantu di area ini untuk menimbang dan
menghitung. Sementara lelaki yang cukup kuat, memotong daging dan tulang.
- Pembungkusan. Masih didominasi oleh para
ibu untuk urusan yang satu ini untuk memisahkan yang mana shokib (orang
yang ikut sumbang dana qurban) dan warga yang memang mendapat jatah.
Shokib mendapat daging biasanya sekitar 3,5 kg sampai 4 kg. Sementara
jatah warga per bungkus 1,5 kg.
- Distribusi. Layanan antar daging qurban. Setelah
dibungkus. Daging ini dibagikan ke warga yang memang mendapat jatah alias
di hari sebelumnya mendapat kupon. Terlepas apakah mereka muslim ataupun
non.
- Evaluasi dan laporan. Setelah terbagikan.
Saatnya menghitung sisa daging dan siapa-siapa saja yang belum dapat atau
dalam keadaan sepi saat rumahnya dilewati rombongan distributor daging.
Akhirnya selesai juga, pukul 5 sore dalam
keadaan hujan dan hujan-hujanan, jatah
tiap orang yang ikut sumbang tenaga mendapat satu bungkus daging. Lumayan.
Kami , eh saya dan kawan-kawan saya ikut
sumbangsih tenaga dalam prosesi nomor 2,
4, 5, dan 7. Di tahun sebelumnya kami
hanya kebagian nomor 2,4, dan 7. Ketika jagoan-jagoan desa masih bersemayam di
desa ini karena mereka tergolong kuat dari sisi otot untuk mengampu pekerjaan
nomor 5 untuk memotong tulang. Para jagoan ini sudah mendapat pekerjaan di
tempat lain, kamilah penerusnya. Dan nomor 5, anggapan para orang tua agar
terjadi regenerasi di desa untuk urusan pemotongan daging. Sayang, para gadis /
remaja wanita desa saat ini enggan berurusan dengan hal-hal yang seperti ini
menyebabkan para ibu yang semakin sepuh mengurusi berbagai hal yang berkaitan
masalah pengitungan dan penimbangan. Ini benar-benar hal yang sangat sederhana,
sepele, namun, kalau tidak ada yang mau melakukan lalu siapa lagi?
Kecapekan melanda setelah sampai di rumah.
Mandi membersihkan si sapi yang masih menempel. Dan tidur setelah magrib walau
kawan-kawan memanggil untuk persiapan menyate.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar