di pojok |
Dalam satu
dan beberapa hal rutinitas yang membutuhkan keseriusan tingkat tinggi dan konsentrasi
yang tak boleh terbagi-bagi. Menuntut profesional untuk mampu mengendalikan
perasaan ( menihilkan emosi dari ego) ketika terjadi situasi yang berada diluar
perhitungannya sebelumnya. Yang situasi ini membuat sebagian orang yang tak
biasa mengalami tekanan yang hebat dari tuntutan pertanggungjawaban amanah.
Sehingga situasi yang seharusnya selesai tanpa melibatkan perasaan (emosi dari
ego) akhirnya alam bawah sadar ini mengaktifkan perasaan itu dan menjawab disertai
alibi berbagai tuntutan yang muncul dari kesalahan yang tak perlu terjadi.
Mayoritas orang
selalu kesulitan untuk melampaui apa yang dinamakan, tekanan, tuntutan, tanggung
jawab. Bukan hanya untuk memenuhi permintaan, tetapi sekaligus mempesona di
kalangan –kalangan yang penuh prospek dan prosperity.
Sebab ketika mereka menghindari salah satu, ataupun ketiga hal tersebut, mereka
akan dianggap sebagai pengecut, pecundang. Sebaliknya, jika mereka bisa memenuhinya,
bahkan melampauinya (melebihi dari ekpektasi awal) , ketiga hal tersebut
mampu melapangkan jalan menuju
keberhasilan yang diimpikan.
Bukankah
sebagian besar orang menginginkan keberhasilan? Hal ini memang tak melulu
mengenai harta dan kedudukan. Hal kecil seperti memenangkan hati seorang wanita
juga merupakan keberhasilan. Bukan tubuh, tubuh sudah banyak dijajakan
dimana-mana secara tersembuyi tentunya.
Keberhasilan itu menyenangkan. Ya, yang
namanya kemenangan itu selalu menyenangkan, menggembirakan, memuaskan. Tujuan
hidup ini untuk bahagia bukan? Berarti harus menang setiap hari kan? Apa
begitu? Itu memang sikap mental yang bagus. Tetapi tak setiap hari juga kita
akan merasakan kemenangan. Lalu bagaimana menyikapi situasi ketika kalah? Hal
yang bisa dilakukan hanya mencoba dan cobalah. Untuk hasil akhir serahkan
kepada kekuatan yang menguasai segalanya.
Kegagalan
itu memuakkan. Ya, kalah itu mampu menempatkan emosi dari ego sampai ke puncak
ubun-ubun sehingga hampir seperti orang tak waras. Sesepele tak bisa
mempertahankan hubungan percintaan saja membuat orang depresi tingkat dewa. Apalagi
untuk hal yang lebih besar. Gagal masuk universitas idaman, berkali-kali
lamaran kerja tak diterima dimana-mana, ditipu kawan sendiri untuk urusan
kerjasama bisnis professional. Jiwa tak akan sehat jika emosi ditahan pada
titik kegagalan ini. Hanya, jika seorang publik figur mengalaminya. Pikir
kembali efek sampingnya ketika menunjukkannya di tempat umum.
Saya yakin setiap
orang mempunyai tempat /kawan akrab yang bisa menjadi cangkir ketika kita
mengalami bahagia atau sedih.
Walau hanya seorang. Atau tempat dimana orang
merasa tenang. Kunjungi tempat dan kawan itu ketika mengalami kegagalan dan
ceritakan semua masalah sampai terlepas dari benak. Itu akan menyegarkan. Dan
tentu tanpa efek samping. Karena hal ini masuk dalam ranah pribadi.
Bukanlah hal yang mempesona membiarkan
tekanan, tuntutan, tanggung jawab, terlepas dari bahu. Itu akan menunjukkan sebagaimana dewasa jiwa
ini menghadapi perubahan dan menyikapinya sesuai dengan spesialisasi dan
kemampuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar