Perjuangan Yang Tak Pernah Berhenti
Telah lewat beberapa hari lalu Perayaan Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke 67 dikumandangkan. Pada tanggal 17 Agustus 1945, 67 Tahun silam pejuang-pejuang negeri ini berhasil melepas belenggu penjajah dan memproklamirkan kemerdekaan. Berita Proklamasi yang disebarluaskan ke seluruh penjuru negeri membuat sebagian besar daerah yang saat ini menjadi wilayah NKRI menyatakan bersatu menjadi NKRI. Merdeka yang bisa juga berarti bebas ini mampu memberi kebebasan dan kemandirian kepada rakyat NKRI di masa itu. Sehingga ketika pengakuan diberikan oleh masyarakat dunia, periode penjajahan negara asing berakhir dan mereka tak dapat berkutik lagi.
Namun, perjuangan tak berhenti sampai di proklamasi kemerdekaan saja tentunya. Pembangunan negeri ini sangat jelas membutuhkan kekuatan yang sebenarnya sebagai sebuah negara yang hidup dan berkembang. Kekuatan dari sisi individu maupun kekompakan para penanggung jawab negara dan pemikir-pelaksana ide kreatif di ranah usaha.
Sampai saat ini, di tahun 2012 ini, perjuangan mengenai kemerdekaan bukan lagi soal merebut tanah air negeri dari penjajah ataupun melawan pemberontak anarkis. Namun, mengenai hal yang sangat komplek terutama kesejahteraan masyarakat yang menjaga damainya bumi ini. Kesenjangan yang terlalu jauh antara si miskin dan si kaya.
Peperangan masa kini sudah bukan lagi soal pertarungan hidup mati secara fisik yang masih sering diputar di film-film. Tetapi bagaimana menjaga harmonisasi masyarakat. Melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sesuai fungsinya. Tentu juga memberikan etika dan moral kepada rakyat tentang kesejajaran gender di angkutan-angkutan umum sehingga tak terjadi lagi hal-hal yang meremehkan gender tertentu. Penyelesaian isu-isu politik yang hanya seakan-akan politik bercitra baik. Pemberontakan internal berupa penyalahgunaan modal sehingga kerusakan moral secara subjektif menggerogoti negeri ini dengan semena-mena. Isu hak paten budaya yang diklaim negara tetangga ketika tanah air membiarkan budayanya dengan sedikitnya usaha pelestarian. Rawannya wilayah-wilayah rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, ataupun gunung berapi yang jumlahnya tak hanya satu mengharuskan kesigapan dan kerjasama yang kompak antara pengelola pemerintahan dan pimpinan terkecil setingkat RT. Dan masih banyak lagi masalah yang lain.
Perjuangan untuk menyelesaikan berbagai kemelut itu tidak hanya diingatkan secara seremonial dan simbolik
dengan upacara bendera. Tetapi perilaku nyata di dalam masyarakat itu sendiri.
Tak beda juga dengan puasa yang dimaknai menahan. Di jelaskan di dalam riwayat Abu Hurairah “Jika datang bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para setan dibelenggu.” (HR Bukhari dan Muslim) Sehingga tak ada alasan lagi bagi para pelaku maksiat menyalahkan setan akan kelakuan maksiat mereka. Hal ini akan benar-benar menunjukkan sebetapa berhasil atau gagalnya pendidikan moral di negeri ini. Beruntungnya, kebaikan di muka bumi ini lebih banyak dari pada di bulan-bulan lain karena semakin banyak umat muslim yang menyengaja untuk lebih rajin beribadah di masjid dan mushola. Sehingga kebaikan muslim memancarkan aura indahnya.
Ketika gong dari Bulan Ramadhan yang penuh kesucian ini berakhir pada saat melaksanakan Sholat Idul Fitri kemarin 18/19/20 Agustus 2012 berlabel Hari Kemenangan. Semoga seluruh umat muslim diberi keberkahan dan kesucian agar kembali seperti bayi yang baru lahir.
Perjuangan membersihkan berbagai dosa selama Bulan Ramadhan ini dilanjutkan dengan perjuangan mempertahankan kesucian sampai pada Bulan Ramadhan berikutnya. Bukan hal yang mudah tentu saja. Dan hal ini akan menunjukkan wajah muslim Indonesia sebenarnya. Saat ini, Negara Indonesia diklaim menjadi negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Bahkan mungkin rencana dari Pemerintah Arab Saudi menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi muslim dunia bisa jadi tak hanya isapan jempol belaka. Namun, hal ini tentu akan menjadi masalah tersendiri bila tudingan muslim sebagai teroris tak juga hilang dari pola pikir orang-orang barat karena akan menjadi kontradiktif ketika Indonesia menjadi sasaran dari Isu sara ini. Perjuangan keagamaan pun tak akan pernah selesai sampai jiwa terlepas dari raga. Begitu juga untuk menjadi pribadi yang bermanfaat.
Akhir kata, Minal aidzin wal Faidzin Mohon Maaf Lahir Batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433H.
Photo on the courtesy of
Pln.co.id
Dennyeliyanti.wordpress.com
Minal aidin sobat.. merdeka!!!
BalasHapusmet lebaran mas, minal aidin walfaidzin :)
BalasHapuslink dan follow sukses sobat, di tunggu linkback dan followback nya yah.. makasih dan salam kenal :)
BalasHapus@sportasy: Minal aidzin wal faidzin sobat.
BalasHapus@ikhsan : Met Lebaran juga mas :)
@pengensinau : Salam kenal juga, sudah bang.
peringatan kemerdekaan ini sama seperti tahun 1945 silam
BalasHapusKembali ke masa 67 tahun yang lalu dimana kemerdekaan yang kita peroleh jatuh di bulan Ramadhan juga,,,,
BalasHapusemang lebaran tahun ini terasa beda,
BalasHapusbagi umat islam di Indonesia,jadi ngerasain 2 sekaligus hari kemenangan.
Lebaran dan Kemerdekaan,...
mantab bro...
minal aidin wal faidzin...
merdeka...
@aditia novit: iya, sama
BalasHapus@oboy: begitulah adanya
@ants kaka: minal aidzin juga, mohon maaf lahir batin.
semoga hakiki ...
BalasHapusagustus 2012 bulan spesial untuk negri ini, ada ramadhan dan lebaran serta 17-an. tapi kita juga harus jujur banyak kerusuhan melanda seperti di jakarta, sampang, dan solo...sebagai masyarakat awam hanya bisa mendoakan semoga membaik,
BalasHapusmaaf lahir batin ya...
@ salim : Amin
BalasHapus@ arif: maaf lahir batin juga riv...