Nasi Super |
Zaman dahulu, sewaktu pembangunan besar-besaran yang masih
dipimpin oleh Alm. Bapak Soeharto sekitar tahun 1970. Setelah di tahun itu
Indonesia Raya sempat mencicipi indahnya swasembada pangan.
Terutama beras.Karena
sang Alm. Soeharto menitikberatkan pembangunan sarana pertanian sehingga
kebutuhan pangan terpenuhi daripada industri lainnya. Dengan pembuatan irigasi
dan sawah hampir di seluruh daerah NKRI. Sehingga menjadikan Nasi sebagai
makanan pokok. Menggantikan panganan lokal seperti sagu, jagung, kentang, ketela.
Dan daerah-daerah yang di waktu itu mengalami kekurangan pangan akhirnya
terpenuhi juga kebutuhan pokoknya sebagai manusia. Ketika di daerahnya juga
kebagian pembangunan irigasi dan sawah. Sehingga mampu menghasilkan beras yang
kemudian diolah menjadi nasi tanpa perlu jauh-jauh kesana-kemari. Sehingga tak
mengherankan pengaruh Beliau masih cukup kuat di daerah terlepas dari segala
kontroversi yang pernah ada.
Tak Hanya itu, ternyata Presiden kedua kita juga menjadikan
nasi sebagai makanan pokoknya, bahkan mungkin satu-satunya. Dikutip dari http://anton-djakarta.blogspot.com/2011/11/rahasia-kehebatan-suharto.html.
Hanya dengan nasi putih dan air putih tanpa lauk ataupun garam beliau bertahan selama
setahun dalam tapa menengnya ketika melarikan diri dari KNIL karena menolak
berperang bersama Jepang melawan sekutu di tahun 1942. Sehingga tak
mengherankan beliau mengedepankan pertanian terutama beras (bahan dasar nasi)
di atas lainnya sebagai prioritas pembangunan.
Dan sistem itu saat ini sudah menjadi budaya Indonesia
menjadikan negara ini menjadi pengonsumsi terbesar beras di antara Negara
Asean. Kroscek dari media terkini menyebut tingkat konsumsi beras Indonesia
mencapai 135 kg perkapita mengalahkan Thailand dengan 80kg perkapita dan
Malaysia dengan 85kg perkapitanya. Disebut juga jumlah ideal konsumsi beras
seharusnya hanya 90kg perkapita.
Kementerian Pertanian berencana menurunkan tingkat konsumsi
beras 1,5 % per tahun. Dengan diversifikasi tidaklah cukup. Memerlukan kekuatan
yang lebih dari sekedar kuat untuk mengubah budaya pangan ini. Dan saat ini,
beras juga sudah bukan komoditi yang termasuk swasembada lagi mengingat
kebutuhannya terlalu besar untuk diberaskan.
Kita tahu, di bagian Asia Timur, walau makanan pokok mereka
juga nasi, namun, penyajian dengan mangkuk kecil dan juga sumpit sebagai alat
transportasi makanan menyebabkan konsumsi yang tak keterlaluan. Bandingkan
dengan kita yang piring menyatu dengan lauk sehingga ketika lauk habis namun
nasi belum ya nambah. Pertanyaan mengenai haruskah setiap hari makan nasi
berkecamuk. Mengingat terdapat pula bahan pengganti lokal yang tak kalah enak
dan menyehatkan.
Perubahan mindset untuk menjadikan sebetapa kurang
pentingnya nasi pun harus dimulai dari diri sendiri. Walau tentu bukan
pekerjaan yang mudah.
Wah bener juga mas, mindset orang indonesia itu kan belum dikatakan makan kalo belum makan nasi. memang sudah saatnya kita sedikit mengurangi ketergantungan akan beras sehingga bahan pangan kita akan selalu tercukupi :)
BalasHapusono upo ono doyo,
BalasHapusono doyo ono karyo,
ono karyo ono arto,
ono arto ono dino ..........